Rabu, 28 November 2012

MGIS Berbasis Open Source Untuk Pencarian Lokasi Umum Dan Rute Terdekat


         Pengembangan aplikasi Mobile Geographic Information System untuk pencarian lokasi dan rute terdekat sangat penting. Ini disebabkan aplikasi ini sangat dibutuhkan oleh pengguna jalan atau wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah yang baru dikenal. Aplikasi ini juga sangat dibutuhkan bagi orang yang hidup di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya yang wilayahnya sangat luas, sehingga tidak memungkinkan untuk hafal seluruh lokasi dan jalan menuju lokasi yang diinginkan. Memang bisa mencari lokasi dengan melihat peta konvensional atau kertas, tetapi hal ini tidak praktis. Sehingga teknologi Mobile Geographic Information System menjadikan lebih efisien, mudah digunakan dimana saja dan mudah dibawa.
         Handphone berbasis Android saat ini mulai bermunculan, karena berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh Operating System ini, yakni Android memiliki berbagai keunggulan sebagai software yang memakai basis kode komputer yang bisa didistribusikan secara terbuka (open source) sehingga pengguna bisa membuat aplikasi baru di dalamnya. Android memiliki aplikasi native Google yang terintegrasi seperti pushmail Gmail, Google Maps, dan Google Calendar.
        Tujuan jangka panjangnya adalah mengembangkan aplikasi pencarian lokasi dan rute terpendek berbasis mobile yang efektif. Target khususnya yaitu pengembangkan aplikasi Mobile Geographic Information System berbasis Android untuk pencarian lokasi dan rute terdekat.
        Metode atau Algoritma yang digunakan adalah Particle Swarm Optimization karena algoritma ini bersifat heuristik dan memanfaatkan kecerdasan buatan yang menjadikannya lebih efektif dan lebih cepat dalam pemrosesannya.
Kata Kunci : Mobile Geographic Information System, Android, Particle Swarm
Optimization

Biodiversitas



Pengertian


Pengertian (dari Society of American Foresters): Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada.

Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, speses dan ekosistem.

Diversitas genetik mencakup variasi dalam material genetik, seperti gen dan khromosom. Diversitas spesies (taksonomi) kebanyakan diintepretasikan sebagai variasi di antara dan di dalam spesies (termasuk spesies manusia), mencakup variasi satuan taksonomi seperti filum, famili, genus dsb.

Diversitas genetik merupakan titik awal dalam memahami dimensi dari isu biodiversitas, tetapi pada level spesies dan ekosistem bidang kehutanan memiliki pengaruh besar.

Diversitas ekosistem atau bahkan dinamakan diversitas biogeografik berkaitan dengan variasi di dalam wilayah (region) biogeografik, bentang alam (landscape) dan habitat. Kita harus menyadari bahwa biodiversitas selalu peduli dengan variabilitas makhluk hidup dalam area atau wilayah yang spesifik.

Belum semua aspek biodiversitas sudah diberikan nama. Masih terdapat banyak bentuk variasi, seperti variasi musiman, variasi non-genetik disebabkan oleh pengaruh lingkungan (variasi fenotipik). Juga terdapat variasi karena perbedaan di antara fase kehidupan (diversitas ontogenik) dan mode kehidupan (diversitas kultural). Namun, tiga bentuk diversitas tersebut di atas boleh dikatakan merupakan dimensi biodiversitas yang utama.

Biodiversitas juga mengacu pada macam struktur ekologi, fungsi atau proses pada semua level di atas. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai dari tingkat lokal ke regional dan global.

Biodiversitas dapat pula dikelompokkan ke dalam: diversitas komposisional, struktural dan fungsi

Diversitas komposisional mencakup apa yang dikenal dengan diversitas spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem. Menjaga diversitas genetik sangat penting bagi eksistensi diversitas spesies, sedangkan menjaga diversitas ekosistem penting untuk menyediakan habitat yang diperlukan untuk mengonservasi berbagai spesies.

Diversitas struktural berkaitan dengan susunan spasial unit-unit fisik. Pada level tegakan, diversitas struktural dapat dikarakterisasi dengan jumlah strata dalam hutan, misalnya kanopi tumbuhan utama, subkanopi, semak, tumbuhan herba. Pada level bentang alam, diversitas struktural dapat diukur dengan distribusi kelas-kelas umur pada suatu hutan atau susunan spasial dari ekosistem yang berbeda.

Diversitas fungsional merupakan variasi dalam proses-proses ekologi, seperti pendauran unsur hara atau aliran energi. Ini merupakan komponen yang paling sulit untuk diukur dan dipahami.

Perlu dipahami bahwa ketiga komponen diversitas tersebut saling berkaitan. Misalnya, perubahan dalam diversitas komposisional dan struktural, mengakibatkan perubahan dalam proses-proses ekologi.

Ahli ekologi memberdakan biodiversitas pada skala spasial pada tiga kategori: alpha, beta dan gamma . Diversitas alpha adalah diversitas di dalam suatu habitat. Diversitas beta merupakan diversitas di antara habitat, sedangkan diversitas gamma merupakan diversitas di antara  geografi (diversitas skala geografi).   


Diversitas genetik


Diversitas genetik terdapat dalam empat level organisasi: di antara spesies, di antara populasi, di dalam populasi dan di dalam individu.

Diversitas di antara spesies sudah cukup jelas, sungguhpun kita sering tidak berpikir bahwa perbedaan di antara spesies sebagai manifestasi dari diversitas genetik karena kita dapat membedakan spesies dengan mudah tanpa mengetahui komposisi gennya.

Diversitas genetik di antara populasi dari suatu spesies  juga sering sangat besar. Di dunia pertanian misalnya ada berbagai macam varietas (padi, jagung), meskipun ini hasil seleksi buatan. Di spesies pohon perbedaan antara populasi pada spesies yang sama (dikenal  dengan istilah provenans) sering besar.

Dalam populasi kebanyakan populasi alami, perbedaan genetik di antara individu sering juga besar. Akhirnya diversitas genetik terdapat di dalam suatu individu bilamana ada dua alel untuk gen yang sama (perbedaan konfigurasi DNA yang menduduki lokus yang sama pada suatu khromosom).

Di masa lalu hanya sedikit perhatian diberikan pada diversitas genetik pada populasi alami, sungguhpun ini sangat krusial bagi kelestarian dari bentuk-bentuk biologi, perkembangan diversitas spesies (evolusi) dan berfungsinya biosfer, ekosistem serta komunitas biologi.

Bersarnya diversitas di dalam suatu spesies tergantung pada jumlah individu, kisaran penyebaran geografinya, tingkat isolasi dari populasi dan sistem genetiknya.

Peran penting juga dilakukan oleh proses-proses seleksi alami dan antropogenik, serta juga faktor-faktor yang berpengaruh pada perubahan spasial dan temporal pada komposisi genetik dari spesies atau populasi.
                                                             
Diversitas genetik penting bagi kemampuan spesies dan populasi beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan dan karena itu merupakan persyaratan bagi kelangsungan hidupnya.

Pada spesies yang berkembang biak secara seksual, setiap populasi lokal mengandung kombinasi gen tertentu. Jadi, suatu spesies merupakan kumpulan populasi yang berbeda secara genetik satu sama lain.  Perbedaan genetik ini diwujudkan sebagai  perbedaan di antara populasi dalam sifat morfologi, fisiologi, kelakuan, dan sejarah hidup (life history). Dengan kata lain, sifat-sifat genetik (genotipe) mempengaruhi sifat-sifat yang diekspresikan (fenotipe).

Seleksi alami pada awalnya bekerja pada level fenotipik, memihak kepada atau tidak menguntungkan untuk sifat-sifat yang diekspresikan (fenotipe). Lukang gen (gene pool) – agregat total gen pada suatu populasi pada suatu waktu, akan berubah  ketika organisme dengan fenotipe yang kompatibel dengan lingkungan akan lebih mampu bertahan hidup dalam jangka lama dan akan berkembang biak lebih banyak dan meneruskan gen-gennya lebih banyak pula ke generasi berikutnya.   

Besarnya diversitas genetik dalam populasi lokal sangat bervariasi. Banyak kegiatan konservasi peduli dengan penjagaan diversitas genetik tumbuhan atau hewan. Populasi kecil  yang berbiak secara aseksual dan terisolasi, sering memiliki diversitas genetik yang kecil di antara individu, sedangkan pada populasi besar dan berbiak secara seksual sering memiliki variasi yang besar. Dua faktor utama yang bertanggung kepada jawab adanya variasi ini, yaitu  cara bereproduksi (seksual atau aseksual) dan ukuran populasi.

Cara  reproduksi

Pada populasi seksual, gen direkombinasi pada setiap generasi, menghasilkan genotipe baru. Kebanyakan keturunan spesies seksual mewarisi separuh gennya dari induk betina dan separuhnya lagi dari induk jantan, susunan genetiknya dengan demikian berbeda dengan kedua induknya atau dengan individu yang lain di dalam populasi.

Adanya mutasi yang menguntungkan, yang pada awalnya muncul pada suatu individu dapat direkombinasi  dalam kurun waktu tertentu pada populasi seksual. Sebaliknya, keturunan individu aseksual secara genetik identik dengan induknya. Satu-satunya sumber kombinasi gen dalam populasi aseksual adalah mutasi (perubahan dalam material genetik yang diwariskan ke keturunannya).  Mutasi mungkin terjadi spontan (kekeliruan dalam replikasi material genetik) atau terjadi karena pengaruh faktor eksternal (misal radiasi dan bahan kimia tertentu). Mutasi terjadi di dalam gen yang terdapat pada molekul DNA- deoxyribonucleic acid. 

Populasi aseksual mengakumulasi variasi genetiknya hanya pada laju mutasi genya. Mutasi yang menguntungkan pada individu aseksual yang berbeda tidak mungkin mengalami rekombinasi gen dan muncul pada suatu individu seperti layaknya pada populasi seksual. Kombinasi gen yang menguntungkan akan lebih besar pada populasi seksual daripada populasi  aseksual.


Ukuran populasi

Dalam jangka panjang, diversitas genetik akan lebih lestari dalam populasi besar daripada dalam populasi kecil. Melalui efek damparan genetik (genetic drift- perubahan dalam lukang gen dari suatu populasi kecil yang berlangsung semata-mata karena proses kebetulan), suatu sifat genetik dapat hilang dari populasi kecil dengan cepat.

Sebagai contoh, populasi memiliki dua atau lebih bentuk gen (dinamakan alel). Tergantung alel mana suatu individu mewarisi, suatu fenotipe tertentu akan dihasilkan. Bila populasi tetap berukuran kecil dalam jangka waktu lama, mereka mungkin kehilangan salah satu alel dari setiap gen karena proses kebetulan. Kehilangan alel terjadi karena eror sampling. Ketika beberapa individu kawin, mereka bertukar gen. Bayangkan awalnya separuh populasi memiliki satu bentuk gen tertentu, dan separuhnya populasi yang lain memiliki bentuk gen yang lain. Karena kebetulan, dalam populasi kecil pertukaran gen dapat mengakibatkan semua individu pada generasi berikutnya memiliki alel yang sama. Satu-satunya cara bagi populasi ini mengadung variasi dari gen ini lagi adalah melalui mutasi gen atau imigrasi individu dari populasi lain. Meminimalkan kehilangan diversitas genetik pada populasi kecil merupakan problem utama yang dihadapi dalam upaya konservasi.



Diversitas spesies (taksonomi)

  • Prokaryot : 5.500 spesies terdiri dari bakteri
  • Eukaryot :
-       kerajaan tumbuhan (plantae) : lumut-lumutan (17.000 spesies), pakuan, cycad, konifer (750 spesies), ginko, tumbuhan berbunga (250.000 spesies),
-        kerajaan hewan : karang (5.000 spesies), coleonterata (9.000 spesies), echinoderm (6.100 spesies), artoprod (750.000 spesies), ikan (19.000 spesies), amfibi (4.000 spesies), reptil (6.300 spesies), burung (9.000 spesies), mamal (4.100 spesies)
-       Prostista dan jamur: 47.000 spesies.


Diversitas ekosistem (biogeografik)

Diversitas spesies ditentukan tidak hanya oleh jumlah spesies di dalam komunitas biologi, misalnya kekayaan spesies (species richness), tetapi juga oleh kelimpahan relatif individu (relative abundance) dalam komunitas.

Kelimpahan spesies merupakan jumlah individu per spesies dan kelimpahan relatif mengacu pada kemerataan distribusi individu di antara spesies dalam suatu komunitas.

Dua komunitas mungkin sama-sama kaya dalam spesies, tetapi berbeda dalam kelimpahan relatif. Misalnya, dua komunitas mungkin masing-masing mengandung 10 spesies dan 500 individu, tetapi pada komunitas yang pertama  semua spesies sama-sama umum (misal, 50 individual untuk setiap spesies), sementara pada komunias yang kedua  satu spesies secara signifikan jumlahnya lebih banyak  daripada empat spesies yang lain. Maka komunitas pertama dikatakan memiliki kelimpahan relatif yang lebih tinggi daripada komunitas kedua. 

Komponen diversitas spesies ini merespons berbeda pada kondisi habitat yang berbeda. Suatu wilayah yang tidak memiliki variasi habitat yang luas biasanya miskin spesies, tetapi beberapa spesies yang mampu menduduki wilayah ini mungkin berlimpah karena kompetisi dengan spesies lain untuk sumberdaya akan berkurang.

Tren dalam kekayaan spesies mungkin mengindikasikan kondisi masa lalu dan sekarang dari suatu wilayah. Kontinen antartika memiliki sedikit spesies karena lingkungannya yang keras, tetapi pulau-pulau kecil di tengah samudra  miskin akan spesies karena sulit dicapai dari lokasi lain.  

Gradien global juga berpengaruh pada kekayaan spesies. Gradien yang paling nyata adalah garis lintang; terdapat lebih banyak spesies di daerah tropis daripada di daerah temperit. Faktor-faktor ekologis berperan dalam perbedaan ini. Temperatur lebih tinggi, kepastian iklim, dan musim tumbuh yang lebih lama menciptakan habitat yang lebih kondusif sehingga menghasilkan diversitas spesies yang lebih besar. Hutan hutan hujan yang paling beragam, padang rumput tropis lebih beragam daripada padang rumput temperit.

Faktor lain yang berpengaruh pada kekayaan spesies pada suatu area adalah jarak atau barier yang memisahkan area tersebut dengan sumber spesies. Probabilitas bahwa spesies akan mencapai suatu pulau di samudra atau lembah terisolasi adalah kecil. Binatang terutama yang tidak terbang kemungkinanannya juga kecil mencapai area seperti ini.

Berdasarkan pengalaman tumbuhan dan hewan pada suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain. Mengapa terjadi ? Mengapa spesies yang sama tidak dijumpai pada suatu wilayah meskipun kondisinya cocok untuk berkembang?
Kondisi genografis di seluruh dunia yang memiliki kondisi lingkungkan yang sama mampu menghasilkan tipe biota yang sama.  Situasi ini secara efektif memisahkan biosfer ke dalam biom – komunitas ekologi yang memiliki kondisi iklim dan fitur geologi  yang sama  yang mendukung spesies dengan strategi hidup dan adaptasi yang sama.

Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe bioma terestrial, ini terletak pada beberapa tempat di bumi di mana kondisi iklim dan geologi menghasilkan lingkungan yang mirip. Bioma hutan hujan tropis mengandung komunitas biologi yang secara umum sama, tetapi spesiesnya  tidak sama dari satu hutan tropis ke hutan tropis yang lain.  Tetapi, setiap hutan tropis akan mengandung organisme yang secara ekologis ekuivalen, yaitu spesies berbeda  tetapi memiliki siklus hidup serupa dan cara beradaptasi  yang mirip pada kondisi lingkungan.

Penyebaran hewan dan tumbuhan yang unik pada berbagai bioma tidak dapat hanya dijelaskan melalui faktor iklim dan zonasi lintang. Peristiwa geologis seperti damparan kontinen dan kondisi iklim masa lalu harus dipertimbangkan juga.   
pustaka : ugm.ac.id
gunadarma.ac.id






Batteries (Battery) is ........?


Batteries (Battery) is a store of energy which is filled by the flow of DC energy sources (electricity of PLN, solar, ocean waves, etc.). Without using the battery at the Solar Power, supplies electricity to the electricity consumption tools would stop at night or when sunlight is lost because covered by clouds and so on. In order to be durable than electric current charging and spending uninterrupted, deep-cycle battery commonly used in solar systems.
2.2.1 Electrical Battery
          An electrical battery is one or more electrochemical cells that convert stored chemical energy into electrical energy. Since the invention of the first battery (or "voltaic pile") in 1800 by Alessandro Volta and especially since the technically improved Daniell cell in 1836, batteries have become a common power source for many household and industrial applications. According to a 2005 estimate, the worldwide battery industry generates US$48 billion in sales each year, with 6% annual growth.
          There are two types of batteries: primary batteries (disposable batteries), which are designed to be used once and discarded, and secondary batteries (rechargeable batteries), which are designed to be recharged and used multiple times. Batteries come in many sizes, from miniature cells used to power hearing aids and wristwatches to battery banks the size of rooms that provide standby power for telephone exchanges and computer data centers.
Fig. 2 Battery symbol
          The symbol for a battery in a circuit diagram. It originated as a schematic drawing of the earliest type of battery, a voltaic pile.
          In strict terms, a battery is a collection of multiple electrochemical cells, but in popular usage battery often refers to a single cell. For example, a 1.5-volt AAA battery is a single 1.5-volt cell, and a 9-volt battery has six 1.5-volt cells in series. The first electrochemical cell was developed by the Italian physicist Alessandro Volta in 1792, and in 1800 he invented the first battery, a “pile” of many cells in series.
          The usage of “battery” to describe electrical devices dates to Benjamin Franklin, who in 1748 described multiple Leyden jars (early electrical capacitors) by analogy to a battery of cannons. Thus Franklin’s usage to describe multiple Leyden jars predated Volta’s use of multiple galvanic cells. It is speculated, but not established, that several ancient artifacts consisting of copper sheets and iron bars, and known as Baghdad batteries may have been galvanic cells.
          Volta’s work was stimulated by the Italian anatomist and physiologist Luigi Galvani, who in 1780 noticed that dissected frog’s legs would twitch when struck by a spark from a Leyden jar, an external source of electricity. In 1786 he noticed that twitching would occur during lightning storms. After many years Galvani learned how to produce twitching without using any external source of electricity. In 1791 he published a report on “animal electricity.” He created an electric circuit consisting of the frog’s leg (FL) and two different metals A and B, each metal touching the frog’s leg and each other, thus producing the circuit A–FL–B–A–FL–B…etc. In modern terms, the frog’s leg served as both the electrolyte and the sensor, and the metals served as electrodes. He noticed that even though the frog was dead, its legs would twitch when he touched them with the metals.
          Within a year, Volta realized the frog’s moist tissues could be replaced by cardboard soaked in salt water, and the frog’s muscular response could be replaced by another form of electrical detection. He already had studied the electrostatic phenomenon of capacitance, which required measurements of electric charge and of electrical potential (“tension”). Building on this experience, Volta was able to detect electric current through his system, also called a Galvanic cell. The terminal voltage of a cell that is not discharging is called its electromotive force (emf), and has the same unit as electrical potential, named (voltage) and measured in volts, in honor of Volta. In 1800, Volta invented the battery by placing many voltaic cells in series, piling them one above the other. This voltaic pile gave a greatly enhanced net emf for the combination, with a voltage of about 50 volts for a 32-cell pile. In many parts of Europe batteries continue to be called piles.
          Volta did not appreciate that the voltage was due to chemical reactions. He thought that his cells were an inexhaustible source of energy, and that the associated corrosion effects at the electrodes were a mere nuisance, rather than an unavoidable consequence of their operation, as Michael Faraday showed in 1834. According to Faraday, cations (positively charged ions) are attracted to the cathode, and anions (negatively charged ions) are attracted to the anode.
          Although early batteries were of great value for experimental purposes, in practice their voltages fluctuated and they could not provide a large current for a sustained period. Later, starting with the Daniell cell in 1836, batteries provided more reliable currents and were adopted by industry for use in stationary devices, in particular in telegraph networks where they were the only practical source of electricity, since electrical distribution networks did not exist at the time. These wet cells used liquid electrolytes, which were prone to leakage and spillage if not handled correctly. Many used glass jars to hold their components, which made them fragile. These characteristics made wet cells unsuitable for portable appliances. Near the end of the nineteenth century, the invention of dry cell batteries, which replaced the liquid electrolyte with a paste, made portable electrical devices practical.
          Since then, batteries have gained popularity as they became portable and useful for a variety of purposes. 

Sumber Daya Alam dan Pembagian Macam


Pengertian Sumber Daya Alam dan Pembagian Macam/Jenisnya 

Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.

A. Sumber daya alam berdasarkan jenis :
- sumber daya alam hayati / biotik
adalah sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup.
contoh : tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain-lain
  
- sumber daya alam non hayati / abiotik
adalah sumber daya alam yang berasal dari benda mati.
contoh : bahan tambang, air, udara, batuan, dan lain-lain


B. Sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuan :
- sumber daya alam yang dapat diperbaharui / renewable
yaitu sumber daya alam yang dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan.
contoh : air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain
- sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui / non renewable
ialah sumber daya alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan sekali saja atau tidak dapat dilestarikan serta dapat punah.
contoh : minyak bumi, batubara, timah, gas alam.
- Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya / unlimited
contoh : sinar matahari, arus air laut, udara, dan lain lain.

C. Sumber daya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaannya
- sumber daya alam penghasil bahan baku
adalah sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya akan menjadi lebih tinggi.
contoh : hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian, dan lain-lain

- sumber daya alam penghasil energi
adalah sumber daya alam yang dapat menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka bumi.
misalnya : ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas bumi, dan lain sebagainya.

Sumberdaya alam adalah semua benda hidup maupun mati yang ada atau terdapat secara alamiah di bumi serta dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Sumberdaya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, di laut, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumberdaya alam adalah barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi. Keberadaan dan ketersediaannya maupun penyebarannya tidak merata secara geografis. Pemanfaatannya secara efesien tergantung pada teknologi dan jika melalui proses pengolahan, akan menghasilkan produk bernilai tambah namun sekaligus menghasilkan limbah.

Beberapa istilah atau konsep dasar yang berkaitan dengan judul makalah ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

· Lingkungan hidup atau lingkungan adalah; semua faktor biotik dan abiotik yang berada di sekitar makluk hidup atau dengan kata lain, lingkungan hidup adalah sistem kehidupan yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan (tatanan alam) dan makhluk hidup termasuk manusia dengan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
· Pengelolaan lingkungan hidup yang diartikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang mencakup kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).
· Ekologi adalah; ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makluk hidup dan lingkungannya.
· Ekosistem adalah; suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-unsur hayati (organisme) dan unsur-unsur non hayati (zat-zat tidak hidup) serta antara unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal-balik.
· Sistem adalah himpunan komponen-komponen atau elemen-elemen atau bagian yang saling berkaitan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai sesuatu tujuan.
· Pencemaran lingkungan adalah; peristiwa adanya penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan itu sendiri.
· Pembangunan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan potensi sumberdaya alam ke dalam perilaku manusia yang menjamin kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan juga untuk makhluk hidup lain seraya menjaga kualitas sumberdaya pembangunan itu secara terus-menerus (berkelanjutan).

Sumberdaya alam berdasarkan jenisnya, terdiri atas : 
· sumberdaya alam hayati / biotik yakni sumberdaya yang berasal dari makhluk hidup seperti; tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain-lain
· sumberdaya alam non hayati / abiotik adalah sumberdaya yang berasal dari benda mati seperti; bahan tambang, air, udara, batuan, dan lain-lain
Sumberdaya alam berdasarkan sifat pembaharuan atau dapat tidaknya diperbaharui terdiri atas :
· sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable) yaitu sumberdaya yang dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan. Contohnya adalah; air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain. Disebut demikian, karena alam mampu mengadakan pembentukan baru dalam waktu relatif cepat, secara reproduksi atau siklus.
o perbaruan dengan reproduksi. Hal ini terjadi pada sumberdaya alam hayati, karena hewan dan tumbuhan dapat berkembang biak sehingga jumlahnya selalu bertambah.
o perbaruan dengan adanya siklus. beberapa SDA ,misalnya air dan udara terjadi dalam proses yang melingkar membentuk siklus.
· sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) ialah sumberdaya yang tidak dapat didaur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan sekali saja atau tidak dapat dilestarikan serta dapat punah. Contoh : bahan mineral, minyak bumi, batubara, timah, gas alam, dll. SDA ini terdapat dalam jumlah relatif statis karena tidak ada penambahan atau waktu pembentukan yang lama. Berdasarkan daya pakai dan nilai konsumtifnya, SDA ini dibagi 2, yaitu SDA yang tidak cepat habis karena nilai konsumtifnya kecil dan SDA yang cepat habis karena nilai konsumtif barang tersebut relatif tinggi.
Menurut cara terbentuknya bahan galian dibagi menjadi;
o bahan galian magmatik
o bahan galian pegmatit
o bahan galian hasil pengendapan
o bahan galian hasil pengayaan sekunder
o bahan galian hasil metamorfosis kontak
o bahan galian termal
Sedangkan kategori bahan galian menurut kepentingan bagi negara:
o Golongan A, golongan bahan galian strategis
o Golongan B, golongan bahan galian vital
o Golongan C, bahan galian yang tidak termasuk ke dalam golongan A atau B
Sumberdaya alam yang tidak terbatas jumlahnya (cycle / unlimited); seperti sinar matahari, arus air laut, udara, dan lain lain.
Sumberdaya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaannya dapat dikategorikan sebagai berikut :
· sumberdaya alam penghasil bahan baku yakni; sumberdaya alam yang dapat digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya akan menjadi lebih tinggi. Contoh; hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian, dan lain-lain.
· sumberdaya alam penghasil energi yang meliputi sumberdaya alam yang dapat menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka bumi. Contoh; ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas bumi, batu bara, dan lain sebagainya.

Berdasarkan bentuk yang dimanfaatkan maka sumberdaya alam dapat dikategorikan sebagai berikut;
· SDA Materi, yaitu bila yang dimanfaatkan adalah materi sumberdaya alam tersebut. Contoh : siderit, limonit dapat dilebur jadi besi/baja 
· SDA Hayati, ialah SDA yang berbentuk makhluk hidup, yaitu hewan dan tumbuhan. SDA tumbuhan disebut SDA Nabati dan hewan disebut SDA Hewani. 
· SDA Energi, yaitu bila barang yang dimanfaatkan manusia adalah energi yang terkandung dalam SDA tersebut
· SDA Ruang, adalah ruang atau tempat yang diperlukan manusia dalam hidupnya. 
· SDA Waktu, sebagai sumberdaya alam, waktu tidak berdiri sendiri melainkan terikat dengan pemanfaatan sumberdaya alam lainnya
video ini menjelaskan pengertian secara visual tentang Sumber Daya Alam ( SDA ).

http://www.youtube.com/watch?v=2wnLH25xeDw

EKOLOGI





          Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos (rumah atau tempat hidup) dan logos (ilmu). Secara harafiah ekologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme dalam tempat hidupnya atau dengan kata lain mempelajari hubungan timbal-balik antara organisme dengan lingkungannya. Ekologi hanya bersifat eksploratif dengan tidak melakukan percobaan, jadi hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam.
         Pada saat ini dengan berbagai keperluan dan kepentingan, ekologi berkembang sebagai ilmu yang tidak hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam. Ekologi berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem (alam), sehingga dapat menganalisis dan memberi jawaban terhadap berbagai kejadian alam. Sebagai contoh ekologi diharapkan dapat memberi jawaban terhadap terjadinya tsunami, banjir, tanah longsor, DBD, pencemaran, efek rumah kaca, kerusakan hutan, dan lain-lain.

          Struktur ekosistem menurut Odum (1983), terdiri dari beberapa indikator yang menunjukan keadaan dari system ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Beberapa penyusun struktur ekosistem antara lain adalah densitas (kerapatan), biomas, materi, energi, dan faktorfaktor fisik-kimia lain yang mencirikan keadaan system tersebut. Fungsi ekosistem menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam system.

          Berdasarkan struktur dan fungsi ekosistem, maka seseorang yang belajar ekologi harus didukung oleh pengetahuan yang komprehensip berbagai ilmu pengetahuan yang relevan dengan kehidupan seperti: taksonomi, morfologi, fisiologi, matematika, kimia, fisika, agama dan lain-lain. Belajar ekologi tidak hanya mempelajari ekosistem tetapi juga otomatis mempelajari organisme pada tingkatan organisasi yang lebih kecil seperti individu, populasi dan komunitas.

         Menurut Zoer´aini (2003), Seseorang yang belajar ekologi sebenarnya mempertanyakan berbagai hal antara lain adalah:
1. Bagaimana alam bekerja
2. Bagaimana species beradaptasi dalam habitatnya
3. Apa yang diperlukan organisme dari habitatnya untuk melangsungkan kehidupan
4. Bagaimana organisme mencukupi kebutuhan materi dan energi
5. Bagaimana interaksi antar species dalam lingkungan
6. Bagaimana individu-individu dalam species diatur dan berfungsi sebagai populasi

7. Bagaimana keindahan ekosistem tercipta
       Dari perpaduan harafiah dan berbagai kajian, maka ekologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbalbalik antar mahluk hidup dan juga antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Manusia sebagai mahluk hidup juga menjadi pembahasan dalam kajian ekologi. Ekologi menjadi jembatan antara ilmu alam dengan ilmu sosial.



PEMBAGIAN EKOLOGI

     Ekologi dapat dibagi menjadi autekologi dan sinekologi
1. Autekologi membahas sejarah hidup dan pola adaptasi individu-individu organisme terhadap lingkungan
2. Sinekologi membahas golongan atau kumpulan organisme yang berasosiasi bersama sebagai satu kesatuan
         Bila studi dilakukan untuk mengetahui hubungan jenis serangga dengan lingkungannya, kajian ini bersifat autekologi. Apabila studi dilakukan untuk mengetahui karakteristik lingkungan dimana serangga itu hidup maka pendekatannya bersifat sinekologi.


APLIKASI EKOLOGI
          Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang memiliki banyak keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya. Manusia dibekali dengan kelebihan akal dan pikiran. Mampukan dengan akal dan pikirannya, manusia melindungi, merawat dan mensejahterakan alam sekitarnya? Jawaban paling simple dan mudah adalah mari kita lihat saja lingkungan yang ada disekitar kita.
            Manusia sebagai bagian dari alam semesta dan berbekal akal dan pikirannya saat ini sebagian telah menjadi monster bagi dirinya sendiri, makhluk lain dan lingkungannya. Kegiatan-kegiatan untuk mensejahterakan dirinya justru menjadi malapetaka. Penggunaan pestisida untuk meningkatkan hasil panen meninggalkan residu yang karsinogenik dan membunuh banyak mahluk hidup lain bukan sasaran, penebangan hutan, penggunaan unsur radioaktif, penggunaan bahan-bahan kosmetik, pengharum, pembangunan industri, pembangunan perumahan dan lain-lain justru menjadi bumerang bagi manusia itu sendiri.

           Menguasai Saintek dan knowledge bagi manusia adalah merupakan kewajiban, tetapi pengetahuan dan ilmu tersebut harus benar-benar diperuntukan bagi kesejahteraan alam semesta beserta isinya. Terjadinya bencana alam akhir-akhir ini hanyalah bentuk peringatan Tuhan bagi umat manusia agar manusia kembali ke jalan yang benar.


"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia, Allahmenunjukkan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar"
Q.S. Ar Ruum ayat 41


      Aplikasi ilmu ekologi dengan prinsip-prisip dasarnya apabila dipergunakan secara benar dan bertanggungjawab sebenarnya dapat memperbaiki segala kerusakan yang telah terjadi dan mencegah terulangnya peristiwa-peristiwa yang sangat tidak diinginkan. Ekologi menganut prinsip keseimbangan dan keharmonisan semua komponen alam. Terjadinya bencana alam seperti tsunami di Aceh, Sumatra Utara, Pangandaran dan terakhir terjadinya banjir pasang di sebagian Jakarta, fenomena angin puting beliung di beberapa tempat di Indonesia dan lain-lain adalah merupakan salah satu contoh keseimbangan dan harmonisasi alam terganggu. Ketika ketimpangan sudah mencapai pada puncaknya maka alam akan mengatur kembali dirinya dalam keseimbangan baru. Proses menuju keseimbangan baru tersebut sering kali menimbulkan perubahan yang drastis dan dianggap bencana bagi komponen alam yang lain (manusia). Terjadinya ledakan populasi belalang di Lampung, ledakan populasi hama wereng, kutu loncat, tikus, DBD, Flu burung dan lain-lain adalah merupakan salah satu bentuk terjadinya ketidak seimbangan dalam ekosistem dan komponenkomponen alam yang terlibat dalam system sedang mengatur strateginya masing-masing untuk menuju kearah keseimbangan baru.


       Ekologi memandang mahluk hidup sesuai dengan perannya masing-masing dan memandang individu dalam species menjadi salah satu unsur terkecil di alam. Semua mahluk hidup di alam memiliki peran yang berbeda dalam menyusun keharmonisan irama keseimbangan sebagaimana firman Tuhan dalam Q.S Al Hijr ayat 19 -21:


"Kami telah hamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah jadikan untukmu di bumi keperluankeperluan hidup, dan Kami ciptakan pula makhluk-makhluk yang kamu sekali-sekali bukan pemberi rizki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan kepada sisi Kami-lah khasanahnya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu ". Q.S Al Hijr ayat 19 -21

         Aplikasi ekologi yang nyata saat ini adalah dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dari semua kegiatan pembangunan dan desain lansekap. Lansekap adalah wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, non alami atau kedua-duanya yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta makhluk-makhluk lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera kita dapat menangkap dan sejauh imajinasi kita dapat membayangkannya ( Zain Rachman, 1981 dalam Zoer´aini, 2003).




PUSTAKA
Al Quran dan Terjemahnya. 1989. CV. Toha Putra Semarang
Odum, EP. 1983. Basic Ecology. Saunders, Philadelphia
Zoer´aini D.I. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi. PT Bumi Aksara, Jakarta

video ini menyampaikan bagaimana cara kita untuk menghidari terjadinya ekspoilitasi Alam yang dilakukan oleh manusia.maka dari itu video ini memberikan solusi dimana apabila kita mau menjaga alam kita maka kita harus menjangan terlebih dahulu dalam hal lain kembali kepada masing-masing individunya.